Rabu, 22 Februari 2012

mata yang bermimpi



Kau titipkan
mata yang menyala
sebelum petang mulai membuka lembar baru
buku harian.

“Akan kujenguk kau saat mataku berpaling dari deret angka-angka
di mimpi-mimpi yang berbeda,” katamu, ”sebab itu bukan mimpiku;
ini oleh sebab tumbukan bintang besar di atas atap kamar tempo hari.”

Kamu katakan ledakan itu mirip sebungkus kacang pecah di udara,
dan seenaknya kau bilang, ia selalu membangunkanmu malam-malam seperti
pemburu jaman es yang diincar tiranosaurus rex;
untungnya,  ia selalu lolos dari bahaya berkat pertolongan seekor kucing
dari dunia komik: Doraemon!

“Kami bahkan tak butuh kulkas untuk membuat es krim karena
kantung ajaib di dadanya selalu penuh coklat dan permen!”
katamu menirukan tokoh dalam mimpimu sebelum
tanganmu terulur pada jarum waktu dan
gagang kunci pintu suatu ruang serupa kamar tidur,
tempat mimpi kemarin menjadi tumpukan buku-buku,
majalah dan koran bekas.

Kukatakan kepadanya,”Barang kali, kau akan punya banyak waktu untuk anak-anak atau kedai roti, es krim dan coklat!”

“Ia telah menjadi sejarah kecil dalam guratan tangan” bisikmu pada akhirnya
sebelum mataku mencari kasur untuk menemukan matanya
selagi terpejam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar